TRANSPORTASI
Pada masa sekarang ini, pencemaran udara di Indonesia 70%nya
diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor, karena kendaraan bermotor memiliki
zat-zat yang berbahaya bagi udara disekitar kita, antara lain adalah timbal/timah
hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor merupakan salah
satu sumber pencemaran udara yang utama di daerah perkotaan. Emisi yang paling
signifikan dari kendaraan bermotor ke atmosfer berdasarkan massa adalah gas
karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O) yang dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar yang berlangsung sempurna. Pembakaran yang sempurna dapat dicapai dengan
tersedianya suplai udara yang berlebih. Namun demikian, kondisi pembakaran yang
sempurna dalam mesin kendaraan jarang terjadi.
Sebagian kecil dari bahan bakar dioksidasi menjadi karbon
monoksida (CO). Sebagian hidrokarbon (HC) juga diemisikan dalam bentuk uap dan
partikel karbon dari butiranbutiran sisa pembakaran bahan bakar. Hampir semua
bahan bakar mengandung zat-zat ‘kotoran’ dengan kemungkinan pengecualian bahan
bakar sel (hidrogen) dan hidrokarbon ringan seperti metana. Diantara zat-zat
kotoran tersebut adalah sulfur yang dioksidasi menjadi sulfur dioksida (SO2)
pada proses pembakaran, dan kadang menjadi sulfat yang dapat membantu proses
nukleisasi partikel (pembentukan partikel) dalam gas buang. Zat-zat kotoran
lainnya seperti vanadium dalam oli tidak dapat terbakar, atau mengandung produk
pembakaran yang memiliki tekanan uap yang rendah sehingga mendorong pembentukan
partikel lebih jauh. Senyawa-senyawa timbel organik (dalam bensin bertimbel)
juga membentuk partikel dalam gas buang. Pada akhirnya, pada temperatur pembakaran
yang tinggi, gas nitrogen (N2) di dalam atmosfer dan senyawa nitrogen yang
dikandung dalam bahan bakar dioksidasi menjadi oksida nitrit (NO) dan
nitrogen-dioksida (NO2).
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Negara-negara
berkembang tengah mengalami masalah yaitu bertambahnya jumlah populasi.
Pertumbuhan penduduk yang besar kurang bisa diatasi dengan fasilitas yang
memadai. Seperti ada kesenjangan antara pertumbuhan penduduk dengan kemampuan
untuk menyediakan fasilitas seperti perumahan pelayanan kesehatan, pendidikan,
pangan dan sebagainya. Bukan perkara yang mudah untuk mempersiapkan segala
sesuatu akibat melonjaknya pertumbuhan penduduk. Jika suatu instansi tidak bisa
mempersiapakan berbagai macam fasilitas dengn melonjaknya pertumbuhan penduduk
maka yang terjadi yaitu survival fot the fittest atau dalam bahasa Indonesia
yang berarti yaitu yang kuat dialah yang menang, hal tersebut seperti hokum
rimba dimana penghuni suatu rimba yang bertarung untuk mempertahankan hidup
dengan sumberdaya yang tidak bertambah. Jika bertambahnya penduduk tidak
diatasi dengn bertambahnya fasilitas untuk umum maka yang terjai adalah sebuah
peperangan untuk mendapatkan sumberdaya. Dengan bertambahnya populasi
menyebabkan pemakaian sumberdaya yang semakin meningkat. Bisa di ibaratkan seperti
jika satu piring nasi dimakan oleh satu orang maka akan cepat kenyang. Dan jika
satu buah piring nasi di makan oleh dua orang maka kekenyangannya akan semakin
berkurang. Dan begitu jika satu bauh piring nasi jika untuk tiga, empat, lima
dan seterusnya maka kekenyangan yang dirasakan akan semakin berkurang.
Sumberdaya yang terbatas tidak dapat menampung dari semua keinginan yang terus
bertambah. Untuk contoh yang konkrit Saya mengambil dari perambaan hutan yang
semakin hari semakin meningkat. Di pulau Kalimantan kasus perambaan hutan sudah
parah. Karena untuk alasan tempat tinggal hutan yang jumlahnya tidak pernah
bertambah kini harus menjadi korban dari sifat tamak manusia untuk dijadikan
sebagai tempat tinggal maupun untuk berkebun. Dengan meningkatnya kerusakan
hutan di Indonesia yang setiap detiknya mencapai satu buah lapangan sepakbola
menjadi ancaman untuk kelestarian alam. Padahal fungsi hutan yang begitu banyak
tidak bisa digantikan oleh yang lain.
INDUSTRIALISASI
Industrialisasi dalam sebuah Negara yang
sedang membangun seperti sebuah kewajiban yang tidak bisa diabaikan. Banyak
Negara percaya bahwa dengan industrialisasi mereka mampu untuk mengangkat
harkat dan martabat dari Negara lain yang telah lebih dulu memilih
industrialisasi sebagai model pembangunannya. Memang tidak salah pada saat
suatu Negara ingin menyejahterahkan rakyatnya segala macam cara ditempuh agar
rakyatnya menjadi sentosa dan bahagia. Namun mereka juga harus menyadari bahwa
industrialisasi tidak selalu membawa manfaat kepada seluruh warga suatu Negara.
Ada hal-hal dimana suatu industri bisa dikategorikan membahayakan. Industri
tersebut adalah industri yang banyak menghasilkan limbah berbahaya baik itu
yang lewat air, tanah maupun udara. Manusia memiliki sifat untuk menyempurnakan
penemuan yang terdahulu. Seperti para ahli yang selalu mengadakan penelitian
untuk menyempurnakan apa yang telah ada agar lebih bermanfaat dan mampu untuk
meminimalisir dari dampak negative dari sebuah teknologi. Jika kita berfikir
bahww teknologi itu tidak netral kadang bisa bersifat positif dan kadang juga
bisa berdampak negative bagi umat manusia. Namun begitu teknologi selalu
memunculkan sikap negatifnya dimana penggunaan barang berteknologi tinggi
selalu akan memunculkan sifat negatifnya. Jika kita melihat ke berbagai
industri maka akan bisa kita pandangi bahwa yang paling nyata adalah produksi
asap yang banyak mengandung co2 dan belum lagi bahan-bahan lain baik itu yang
berupa cair maupun padat dan hal itu akan ada selama industri masih berjalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar